Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) termasuk
salah satu daerah otonomi baru (DOB) di jazirah Sulawesi Tenggara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Kolaka pada tahun 2013 terdiri dari 118
desa dan 14 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan dan memiliki beragam budaya. Keragaman tersebut
dapat dilihat dari lima kelompok adat masyarakat
yang ada di daerah tersebut. Lima
kelompok masyarakat yang dimaksud adalah adat masyarakat suku Tolaki sebagai pribumi, adat Bugis, adat
Bali, adat Jawa dan suku lainnya, yang sudah hidup berdampingan sejak puluhan tahun silam.
Mereka hidup rukun saling bergandengan dan berbaur budaya,
sebab tradisi dan budaya tersebut telah diwariskan secara turun temurun sebagai peninggalan yang harus
dilestarikan. Beberapa tradisi dan
budaya yang dimaksud yakni, meliputi
seni musik, tarian, permainan, busana, kerajinan tangan dan kuliner.
Kepala bidang pariwisata dan kebudayaan kabupaten
Kolaka Timur (Koltim), AM. Syamsudin mengatakan, keberagaman budaya di Kolaka
Timur ini karena dihuni beberapa etnis yang telah hidup rukun sejak beberapa
puluh tahun silam, yakni, Tolaki sebagai pribumi , Bugis, Bali, Jawa dan
beberapa suku lainnya.
“Dan untuk menyatukannya dari seni budaya kita sudah mulai mendata melalui beberapa sanggar seni yang ada , seperti sanggar seni
etnis Bugis, Bali, Jawa dan
Tolaki ,”terang kabid saat ditemui belum lama ini.
Oleh karena itu kata dia, untuk membaurkan beberapa jenis budaya yang ada di Koltim maka jika ada pertunjukan budaya maka pihak dinas
pariwisata dan kebudayaan Kolaka Timur
melakukan kolaborasi budaya-budaya yang ada di Koltim.
“Kalau ada ivent-ivent atau kegiatan-kegiatan, kita sering mengambil tema kolaborasi budaya dari beberapa etnis yang ada
di daerah Koltim,”sebutnya.
Dikatakan, pelestarian beberapa budaya di Koltim merupakan salah
satu misi pemerintah Kolaka Timur yakni
mewujudkan Kualitas persatuan dan
kesatuan komunitas masyarakat melalui revolusi mental, pelestarian seni dan
budaya berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal daerah serta nilai-nilai keagamaan.
“Ini khan sesuai dengan visi-misi beliau pak bupati untuk mewujudkan Koltim sebagai daerah
agrobisnis dan salah satunya adalah
pelestarian seni dan budaya,”terangnya.
Untuk itu agar beberapa budaya yang ada di Koltim
saling berbaur kata dia, maka ada cara yang dilakukan agar mereka bisa lebih
harmonis dalam berbudaya misalkan, kerajianan dari bugis adalah tenun, saat proses pembuatannya di berikan
beberapa motif yang menggambarkan keberagaman budaya yang ada di Koltim.
“Misalnya walaupun
kerajinan tenun tradisi orang Bugis tapi
khan bisa dipasangkan motif-motif dari suku-suku yang ada di Koltim , sehingga
hal ini bisa menggambarkan kerukunan berbudaya di Koltim lebih harmonis, jadi bisa
saja sistim pembuatan Sarung-sarung adat
di Koltim walaupun tenun adalah
tradisi Bugis tapi motifnya
Tolaki,”jelasnya.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan, bahwa tradisi yang
biasa dilakukan suku Tolaki di Koltim adalah mosehe atau tolak bala dan upacara
syukuran pasca panen sehingga Dinas pariwisata dan kebudayaan Koltim sangat
mendukung keberlangsungan tradisi tersebut.
“Di koltim sendiri
kita punya budaya misalnya mosehe
atau tolak bala itu juga sudah pernah
dilaksanakan di desa Lara dan beberapa tradisi lainnya,”ungkapnya.
Dijelaskan, tentang cara agar beberapa jenis budaya yang ada di Koltim
menjadi bagian tradisi yang dapat mempererat keharmonisan yakni, dengan melakukan pembinaan dari pihak dinas pariwisata dan kebudayaanya dengan cara mengkolaborasi beberapa
budaya.
“Misalnya kalau
ada kegiatan acara pertunjukan budaya maka tarian mondotambe dari suku
tolaki di kolaborasikan dengan tarian padupa dari Bugis begitupun tarian
lainnya,”jelasnya.
“Sebenarnya
masih banyak budaya-budaya di Koltim yang perlu kita gali kita angkat
kepermukaan contohnya juga masuknya jubileum di sultra khan dikecamatan mowewe
karena ternyata pertamanya masuk nasrani di Sultra di kecamatan Mowewe,”ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa pemerintah daerah (Pemda) Kolaka Timur melalui
dinas pariwisata dan kebudayaan Kolaka Timur sangat mendukung,
pelestarian sejumlah budaya-budaya yang ada di Koltim.
“Dengan kerja sama yang baik, cita-cita yang luhur maka kita bisa lestarikan semua budaya-budaya
yang ada di Koltim asalkan masyarakat
mau mendukung dan mau dibina artinya
kita selaku pemerintah cuman bisa menfasilitasi
dan menggali terus beberapa budaya yang belum dikenal,”imbaunya.
Untuk itu pihaknya berharap agar masyarakat dapat
berpartisipasi untuk ikut serta melestarikan budaya-budaya yang ada di Kolaka
Timur karena peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengembangkan beberapa
jenis budaya di Koltim dengan cara menjunjung persatuan dan menjaga toleransi
antar umat beragama.
“Harapannya agar masyarakat harus mencintai nilai
budayanya masing-masing karna itu dari turun temurun leluhur kita sudah
punya adat istiadat,”pungkasnya.
Sekedar untuk diketahui kerukunan dan keharmonisan
suku di Kolaka Timur dapat dilihat jika pada saat penyelenggaraan pernikahan
yang diadakan etnis Tolaki, maka beberapa suku lainnya yang ada di Kolaka Timur
biasanya ikut menikmati tarian Lulo
secara bergandengan tangan, begitupun jika ada acara pertunjukan yang
diselenggarakan etnis Bali seperti,Tari-tarian Bali dan tradisi lainnya maka
sebahagian etnis Tolaki maupun etnis lainnya menjadikan sebuah tontonan yang
menarik dan dapat menghibur mereka secara bersama-sama.(*)
1711 Viewers
loading...